Analisis faktor penyebab tubrukan KM Leuser pada proses olah gerak labuh jangkar di Teluk Lamong
POliteknik Pelayaran Banten
Politeknik Pelayaran Banten
POliteknik Pelayaran Banten
POliteknik Pelayaran Banten
POliteknik Pelayaran Banten
DOI:
https://doi.org/10.62391/ejmi.v7i2.126Insiden tubrukan kapal masih menjadi salah satu permasalahan serius dalam keselamatan pelayaran, khususnya pada perairan sempit dan area labuh jangkar dengan lalu lintas padat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab terjadinya tubrukan KM Leuser saat proses olah gerak labuh jangkar di Teluk Lamong, Surabaya. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sumber data primer berupa wawancara dengan nakhoda dan awak kapal serta observasi langsung, dan data sekunder berupa dokumen, berita acara, serta literatur terkait keselamatan pelayaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden tubrukan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam berupa arus dan angin kencang, serta faktor human error yang meliputi perencanaan pelayaran yang kurang optimal dan pengambilan keputusan saat olah gerak. Selain itu, kondisi kepadatan area labuh jangkar turut memperbesar risiko terjadinya tubrukan beruntun. Penelitian ini menekankan pentingnya perencanaan olah gerak yang matang, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta koordinasi yang efektif dengan pihak terkait untuk meminimalkan risiko kecelakaan. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan referensi dalam upaya peningkatan keselamatan pelayaran, khususnya pada proses labuh jangkar di perairan sempit.
Ship collision incidents remain a critical issue in maritime safety, particularly in narrow waters and congested anchorage areas. This study aims to analyze the contributing factors to the collision involving KM Leuser during anchoring maneuver operations in Lamong Bay, Surabaya. A descriptive qualitative approach was employed, utilizing primary data obtained through structured interviews with the ship’s master and crew, as well as direct onboard and situational observations. Secondary data were collected from official incident reports, logbooks, regulatory documents, and relevant maritime safety literature. The findings reveal that the collision was primarily influenced by two major factors: environmental conditions, notably strong currents and high wind intensity, and human factors, including suboptimal voyage planning and inadequate decision-making during maneuvering operations. Additionally, high traffic density within the anchorage area significantly increased the likelihood of chain-reaction collisions. This study underscores the importance of comprehensive maneuvering and anchoring planning, enhancement of seafarers’ competence, and effective coordination with port authorities and related stakeholders. The results are expected to provide practical insights for improving navigational safety and risk mitigation during anchoring operations in narrow and congested waters.
Keywords: Tubrukan Perairan sempit olah gerak
International Maritime Organization. (2019). Convention on the International Regulations for Preventing Collisions at Sea (COLREGs), 1972 (as amended). London: IMO Publishing.
International Maritime Organization. (2018). International Safety Management (ISM) Code and Guidelines on Implementation. London: IMO Publishing.
International Maritime Organization. (2017). Bridge Procedures Guide (5th ed.). London: IMO Publishing.
Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Jakarta: Sekretariat Negara.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 tentang Sarana Bantu Navigasi Pelayaran. Jakarta.
Lušić, Z., Kos, S., & Brčić, D. (2015). Risk assessment of ship collisions in narrow waterways. The Journal of Navigation, 68(5), 965–980. https://doi.org/10.1017/S0373463315000130
Montewka, J., Hinz, T., Kujala, P., & Matusiak, J. (2010). Probability modelling of vessel collisions. Reliability Engineering & System Safety, 95(5), 573–589. https://doi.org/10.1016/j.ress.2010.01.009
Goerlandt, F., & Kujala, P. (2014). On the reliability and validity of ship–ship collision risk analysis. Safety Science, 62, 182–196. https://doi.org/10.1016/j.ssci.2013.08.010
Chauvin, C., Lardjane, S., Morel, G., Clostermann, J. P., & Langard, B. (2013). Human and organizational factors in maritime accidents: Analysis of collisions at sea using the HFACS method. Accident Analysis & Prevention, 59, 26–37. https://doi.org/10.1016/j.aap.2013.05.006
Psaraftis, H. N., & Kontovas, C. A. (2010). Balancing safety and efficiency in maritime transport. Maritime Policy & Management, 37(4), 341–356. https://doi.org/10.1080/03088839.2010.493005
Salmaa. (2023). Studi literatur: Pengertian, ciri-ciri, dan teknik pengumpulan datanya. Deepublish. https://penerbitdeepublish.com/studi-literatur/.
Sugiyono. (2019). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
